Seorang filsuf dari Prancis yang bernama Descrates mengungkapkan perkataan Cogito ergo sum yang artinya adalah: “aku berpikir maka aku ada”. Maksud dari kalimat ini adalah bahwa satu-satunya hal yang pasti di dunia ini adalah keberadaan seseorang sendiri. Keberadaan ini bisa dibuktikan dengan fakta bahwa ia bisa berpikir sendiri.
Apa hubungannya coaching dengan berpikir ? penulis ingin menyoroti dari makna yang dalam dari proses coaching itu sendiri. Apabila kita telaah lebih dalam proses coaching lair dari proses berpikir. Proses berpikir yang dimaksud bisa itu dilakukan oleh coach melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan ataupun dari coachee yang menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Atas kerjasama keduanyalah maka dihasilkan suatu solusi terhadap permasalahan yan dihadapi.
Dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah yang diberikan oleh coach, coachee akan “distimulus” untuk berpikir, menjawab pertanyaan yang diajukan dan secara sadar atau tidak sadar terarah pada solusi permasalahan yang dihadapi oleh coachee. Solusi itu juga membuat cochee yang tadi dibutakan oleh adanya permasalahan yang mengganjalnya seperti dibukakan malalui suatu solusi yang datangnya bukan dari oang lain melainkan meruakan hasil pemikirannya sendiri, sehingga akan lebih mudah didalam pengaplikasiannya. Selain itu bagi coachee itu sendiri yang asalnya tidak mengerti menjadi lebih mengerti, yang tadinya tidak tahu menjadi lebih tahu, yang tadinya tidak eksis menjadi lebih eksis dan sebagainya.
Dilain pihak, seorang coach, harus bisa hadir pada dii seorang coachee, harus bisa mengerti perasaan coachee, harus mengerti pikiran coachee, supaya bisa berpikir untuk membuat pertanyaan-pertanyaan yang powerfull yang bisa membuat seorang coachee sadar akan dirinya, sadar akan kempuannya, sadar atas potensi yang dimilikinya sehingga coachee dapat menemukan dirinya dan mampu menemukan solusi terhadap permasalahan yang dimilikinya. Pertanyaan-pertanyaan yang powerfull tersebut tentunya tidak keluar begitu saja melainkan melalui proses berpikir dari coach setelah melalui serangkaian pengalaman yang cukup panjang.
Selain itu apabila ditinjau lebih lanjut, proses coaching juga merupakan suatu proses dimana seorang individu untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Karena kalau diibaratkan potensi yang dimiliki seorang individu itu seperti gunung es. Kenapa gunung es, karena seperti yang kita tahu yang kelihatan secara kasat mata gunung es itu kecil karena tertutup lautan, tetapi sebenarnya besar sekali. Demikian juga potensi yang dimiliki oleh seorang individu, sangat besar, dan sayangnya sebagian besar masih pada posisi tidur dalam arti belum dimnfaatkan. Baru sebagian kecil saja yang dimanfaatkan.
Potensi yang besar ini harus dibangunkan/diaktifkan/disadarkan melalui suatu tindakan nyata. Sebenarnya banyak cara untuk membangunkannya tersebut dan salah satu cara untuk “membangunkan” potensi yang terpendam itu adalah melalui proses coaching. Melalui pertanyaan-pertanyaan powrfull yang diajukan oleh seorang coach, seorang coachee sedikit demi sedikit akan menyadari potensi yang dimilikinya sehingga akan terjadi perubahan pada dirinya. Perubahan itu menjadika coachee tersebut bias lebih berarti, lebih bermakna dan lebih dihargai dalam kehidupannya.
Dengan meniru ungkapan yang dikemukakan oleh Descrates, dan mengaikan antara berpikir dengan coaching, serta hubungannya dengan eksistensi kita sebagai manusia, Seperti yang sudah dijelaskan diatas, maka tidak ada salahnya saya mengambil judul “Aku di coach maka aku ada”.
Author : Primiarna