COACHING: “Cakap Bertanya, Cakap di Jalan”

Coaching Consulting Training

Dulu saya tidak mengira bahwa yang namanya pertanyaan memiliki kekuatan untuk menggerakkan diri seseorang. Yang namanya pertanyaan itu ya hanya sebuah alat untuk mendapat jawaban atau informasi tertentu yang dibutuhkan. Sudah, itu saja. Seperti pepatah “Malu bertanya, sesat di jalan”.

Tapi kini, saya mulai meresapi pepatah itu dengan lebih dalam. Bahwa bertanya, adalah alat untuk mengantarkan seseorang dalam mencapai tujuannya. “Bukankah ‘sesat di jalan’ menunjukkan ketidaktercapaian tujuan?”

Ya, ternyata bertanya itu adalah sebuah aktivitas yang powerful. Begitu powerful-nya sehingga bisa membuat kehidupan seseorang meningkat ke arah yang lebih baik.

Saya sendiri pernah merasakan hal tersebut ketika saya mengalami sebuah proses yang dinamakan coaching, dimana saat itu saya menjadi seorang coachee. Waktu itu saya tengah mengalami bimbang tak berkesudahan terkait sebuah pilihan di dalam hidup saya. Sejumlah literatur, artikel, dan informasi telah saya baca. Pun bertemu dengan sosok-sosok ‘guru kehidupan’ telah saya lakukan. Namun semakin banyak informasi justru memberikan semakin banyak pilihan yang malah memusingkan. Maka saya pun berhenti. Karena saya nampaknya tengah berada dalam kondisi overwhelmed atas banyaknya opsi yang ada, jika ditinjau dari buku “The Paradox of Choice: Why More is Less” yang ditulis oleh Barry Schwartz. Jika saya terus menambah informasi di kepala saya, yang ada malah bisa jadi semakin bermunculan banyak opsi, dan ujung-ujungnya dalam buku tersebut dikatakan, kondisi ini berpotensi untuk membuat diri jadi depresi.

Hingga saya kemudian meminta bantuan seorang coach untuk meng-coaching saya. Dengan penuh perhatian coach mengajukan sejumlah pertanyaan kepada saya. Pertanyaan yang serasa mengalir mengikuti kelok pemikiran dan segenap diri saya. Hingga pada satu titik, saya merasa terhenyak karena jawaban yang selama ini saya cari-cari ternyata ada di dalam diri saya. Saya hanya tidak menyadarinya. Betul-betul tidak menyadarinya.

Selepas itu perlahan segala sesuatu menjadi lebih terang bagi saya. Hiruk pikuk pilihan sudah tidak lagi memusingkan. Fokus jalan yang harus saya tapaki mulai terlihat di dalam benak. Dan yang terindah adalah, muncul rasa tentram dan lega yang membuat saya bahkan tak kuasa untuk meneteskan air mata.

Dari situ saya semakin meyakini, bahwa pertanyaan, di tangan seseorang dengan keahlian yang tepat, akan menjadi alat yang sangat powerful dalam meningkatkan kehidupan seseorang menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya. Ya, cakap bertanya, cakap di jalan jika saya mengistilahkan.

“Terimakasih coach… atas apa yang telah kau lakukan untuk hidupku. Selanjutnya, aku akan meneladani apa yang engkau telah lakukan dengan belajar dan membentuk diri menjadi seorang coach yang mampu menjadikan pertanyaan sebagai alat untuk membantu banyak orang mendapatkan kehidupan terbaiknya”.

Author : Sari Mulyatsih

Leave a Comment

Scroll to Top